Di kompleks rumah saya ada cukup banyak tukang sayur yang menjajakan dagangannya. Boleh dibilang sebagian besar dari mereka berjualan dengan gerobaknya. Karena itu kebanyakan dari mereka laki-laki. Biasanya mereka tidak berkeliling, karena kompleks perumahan kami berbukit-bukit menyulitkan mereka untuk mendorong gerobaknya. Mereka biasanya memilih lokasi tertentu sebagai tempat menjajakan dagangannya, dan kemudian mbak-mbak dan ibu-ibu warga kompleks berdatangan membeli sayur. Ada beberapa ibu-ibu tukang sayur yang menggelar dagangannya, kemungkinan dari bakul ataupun gerobak yang dibawakan suaminya.
Di antara banyak tukang sayur ini, ada satu tukang sayur yang berbeda. Dia datang dengan mobil, entah milik sendiri ataupun punya pemodal. Dengan menggunakan mobil maka sayur yang ditawarkan lebih banyak dan lebih beragam, sehingga mbak-mbak dan ibu-ibu jadi lebih mudah mendapatkan yang dibutuhkan.
Pagi-pagi, sekitar jam 5.30, biasanya tukang sayur ini sudah datang dan parkir di depan salah satu rumah, di bagian depan kompleks kita. Biasanya dia mulai mengeluarkan barang-barang yang dibawa, ditata di luar mobilnya sehingga memudahkannya dan juga pembeli untuk memperoleh barang yang dibutuhkan.
Satu hal yang sering membuat saya agak bingung dengan tukang sayur ini adalah biasanya dia selalu membuka bajunya dan hanya mengenakan kaos singlet pada saat berjualan. Awalnya saya berpikir apa tukang sayur ini tidak tahan panas kalau sedang berjualan sehingga harus buka baju, mengingat hanya dia yang melakukan hal ini. Saya juga berpikir apakah dengan buka baju seperti itu tidak membuat mbak-mbak dan ibu-ibu jadi malas membeli dari dia, karena faktor-faktor seperti bau badan dan juga kemungkinan cucuran keringat yang langsung menetes ke barang-barang yang dijual. Apalagi kemudian ada tukang sayur gerobak lain yang berani bersaing berjualan dekat dengan tukang sayur singlet ini, dan ternyata cukup laku juga. Padahal kalau dipikir-pikir, dari segi kelengkapan tukang sayur gerobak ini kalah lengkap dengan barang yang dijual tukang sayur singlet.
Belakangan ini saya baru sadar, bahwa berjualan dengan singlet ini sepertinya menjadi upaya tukang sayur untuk menarik para pembeli, mengingat pembelinya perempuan semua. Mungkin ini saran dari pemodalnya yang banyak belajar marketing, bahwa untuk menang bersaing dengan pedagang lainnya kita harus memberikan nilai lebih dibandingkan pesaing. Nah nilai lebih yang ditawarkannya adalah memberi kesempatan kepada mbak-mbak dan mbok-mbok untuk melihat dari dekat otot-ototnya. Permasalahan yang kurang terpikir oleh si pemodal atau tukang sayur itu sendiri adalah badannya yang terlalu kurus dan tidak seksi untuk menjadi daya tarik. Seharusnya si pemilik modal mendaftarkan si tukang sayur ini ke celebrity fitness dulu. Tapi ada kemungkinan juga si mbak dan si mbok lebih suka dengan laki-laki kurus seperti ini.
Selain itu, kemungkinan si tukang sayur ingin tampil beda dibandingkan pesaingnya, sehingga akan menarik perhatian calon pembeli untuk datang dan mudah diingat. Usaha ini cukup berhasil karena saya sebagai laki-laki juga menjadi tertarik dan ingat dengan dia, dibandingkan tukang sayur lainnya.
Ngomong-ngomong soal tukang sayur, sekarang ini ternyata jualan sayur bisa dengan berbagai sarana. Mulai dari gerobak dorong, gerobak genjot (gabungan gerobak + sepeda), gerobak motor (gerobak + motor), sampai dengan tukang sayur bermobil. Saya juga pernah lihat di kompleks perumahan lainnya, beberapa tukang sayur gerobak genjot berkumpul di taman, dan pembelinya berdatangan. Hal ini memudahkan pembeli, jika tidak ketemu satu jenis sayur di tukang sayur yang satu, bisa mencarinya di tukang sayur sebelah. Bisa juga mereka saling pinjam meminjam barang dagangan seperti toko onderdil atau toko komputer. Ada juga tukang sayur yang sudah dilengkapi hape untuk delivery order, jadi malam-malam pada saat si ibu dan si mbok merencanakan masakan untuk besok, bisa langsung sms pesan sayur untuk diantar keesokan paginya. Mungkin lebih canggih lagi jika tukang sayur bisa memberikan saran-saran menu apa yang sebaiknya dimasak besok, dengan mempertimbangkan harga-harga bahan yang dibutuhkan, agar sesuai dengan anggaran ibu-ibu.
Jumat, 11 Desember 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Text widget
Twitter Update
Jumat, 11 Desember 2009
Tukang Sayur Semakin Kreatif
Di kompleks rumah saya ada cukup banyak tukang sayur yang menjajakan dagangannya. Boleh dibilang sebagian besar dari mereka berjualan dengan gerobaknya. Karena itu kebanyakan dari mereka laki-laki. Biasanya mereka tidak berkeliling, karena kompleks perumahan kami berbukit-bukit menyulitkan mereka untuk mendorong gerobaknya. Mereka biasanya memilih lokasi tertentu sebagai tempat menjajakan dagangannya, dan kemudian mbak-mbak dan ibu-ibu warga kompleks berdatangan membeli sayur. Ada beberapa ibu-ibu tukang sayur yang menggelar dagangannya, kemungkinan dari bakul ataupun gerobak yang dibawakan suaminya.
Di antara banyak tukang sayur ini, ada satu tukang sayur yang berbeda. Dia datang dengan mobil, entah milik sendiri ataupun punya pemodal. Dengan menggunakan mobil maka sayur yang ditawarkan lebih banyak dan lebih beragam, sehingga mbak-mbak dan ibu-ibu jadi lebih mudah mendapatkan yang dibutuhkan.
Pagi-pagi, sekitar jam 5.30, biasanya tukang sayur ini sudah datang dan parkir di depan salah satu rumah, di bagian depan kompleks kita. Biasanya dia mulai mengeluarkan barang-barang yang dibawa, ditata di luar mobilnya sehingga memudahkannya dan juga pembeli untuk memperoleh barang yang dibutuhkan.
Satu hal yang sering membuat saya agak bingung dengan tukang sayur ini adalah biasanya dia selalu membuka bajunya dan hanya mengenakan kaos singlet pada saat berjualan. Awalnya saya berpikir apa tukang sayur ini tidak tahan panas kalau sedang berjualan sehingga harus buka baju, mengingat hanya dia yang melakukan hal ini. Saya juga berpikir apakah dengan buka baju seperti itu tidak membuat mbak-mbak dan ibu-ibu jadi malas membeli dari dia, karena faktor-faktor seperti bau badan dan juga kemungkinan cucuran keringat yang langsung menetes ke barang-barang yang dijual. Apalagi kemudian ada tukang sayur gerobak lain yang berani bersaing berjualan dekat dengan tukang sayur singlet ini, dan ternyata cukup laku juga. Padahal kalau dipikir-pikir, dari segi kelengkapan tukang sayur gerobak ini kalah lengkap dengan barang yang dijual tukang sayur singlet.
Belakangan ini saya baru sadar, bahwa berjualan dengan singlet ini sepertinya menjadi upaya tukang sayur untuk menarik para pembeli, mengingat pembelinya perempuan semua. Mungkin ini saran dari pemodalnya yang banyak belajar marketing, bahwa untuk menang bersaing dengan pedagang lainnya kita harus memberikan nilai lebih dibandingkan pesaing. Nah nilai lebih yang ditawarkannya adalah memberi kesempatan kepada mbak-mbak dan mbok-mbok untuk melihat dari dekat otot-ototnya. Permasalahan yang kurang terpikir oleh si pemodal atau tukang sayur itu sendiri adalah badannya yang terlalu kurus dan tidak seksi untuk menjadi daya tarik. Seharusnya si pemilik modal mendaftarkan si tukang sayur ini ke celebrity fitness dulu. Tapi ada kemungkinan juga si mbak dan si mbok lebih suka dengan laki-laki kurus seperti ini.
Selain itu, kemungkinan si tukang sayur ingin tampil beda dibandingkan pesaingnya, sehingga akan menarik perhatian calon pembeli untuk datang dan mudah diingat. Usaha ini cukup berhasil karena saya sebagai laki-laki juga menjadi tertarik dan ingat dengan dia, dibandingkan tukang sayur lainnya.
Ngomong-ngomong soal tukang sayur, sekarang ini ternyata jualan sayur bisa dengan berbagai sarana. Mulai dari gerobak dorong, gerobak genjot (gabungan gerobak + sepeda), gerobak motor (gerobak + motor), sampai dengan tukang sayur bermobil. Saya juga pernah lihat di kompleks perumahan lainnya, beberapa tukang sayur gerobak genjot berkumpul di taman, dan pembelinya berdatangan. Hal ini memudahkan pembeli, jika tidak ketemu satu jenis sayur di tukang sayur yang satu, bisa mencarinya di tukang sayur sebelah. Bisa juga mereka saling pinjam meminjam barang dagangan seperti toko onderdil atau toko komputer. Ada juga tukang sayur yang sudah dilengkapi hape untuk delivery order, jadi malam-malam pada saat si ibu dan si mbok merencanakan masakan untuk besok, bisa langsung sms pesan sayur untuk diantar keesokan paginya. Mungkin lebih canggih lagi jika tukang sayur bisa memberikan saran-saran menu apa yang sebaiknya dimasak besok, dengan mempertimbangkan harga-harga bahan yang dibutuhkan, agar sesuai dengan anggaran ibu-ibu.
Di antara banyak tukang sayur ini, ada satu tukang sayur yang berbeda. Dia datang dengan mobil, entah milik sendiri ataupun punya pemodal. Dengan menggunakan mobil maka sayur yang ditawarkan lebih banyak dan lebih beragam, sehingga mbak-mbak dan ibu-ibu jadi lebih mudah mendapatkan yang dibutuhkan.
Pagi-pagi, sekitar jam 5.30, biasanya tukang sayur ini sudah datang dan parkir di depan salah satu rumah, di bagian depan kompleks kita. Biasanya dia mulai mengeluarkan barang-barang yang dibawa, ditata di luar mobilnya sehingga memudahkannya dan juga pembeli untuk memperoleh barang yang dibutuhkan.
Satu hal yang sering membuat saya agak bingung dengan tukang sayur ini adalah biasanya dia selalu membuka bajunya dan hanya mengenakan kaos singlet pada saat berjualan. Awalnya saya berpikir apa tukang sayur ini tidak tahan panas kalau sedang berjualan sehingga harus buka baju, mengingat hanya dia yang melakukan hal ini. Saya juga berpikir apakah dengan buka baju seperti itu tidak membuat mbak-mbak dan ibu-ibu jadi malas membeli dari dia, karena faktor-faktor seperti bau badan dan juga kemungkinan cucuran keringat yang langsung menetes ke barang-barang yang dijual. Apalagi kemudian ada tukang sayur gerobak lain yang berani bersaing berjualan dekat dengan tukang sayur singlet ini, dan ternyata cukup laku juga. Padahal kalau dipikir-pikir, dari segi kelengkapan tukang sayur gerobak ini kalah lengkap dengan barang yang dijual tukang sayur singlet.
Belakangan ini saya baru sadar, bahwa berjualan dengan singlet ini sepertinya menjadi upaya tukang sayur untuk menarik para pembeli, mengingat pembelinya perempuan semua. Mungkin ini saran dari pemodalnya yang banyak belajar marketing, bahwa untuk menang bersaing dengan pedagang lainnya kita harus memberikan nilai lebih dibandingkan pesaing. Nah nilai lebih yang ditawarkannya adalah memberi kesempatan kepada mbak-mbak dan mbok-mbok untuk melihat dari dekat otot-ototnya. Permasalahan yang kurang terpikir oleh si pemodal atau tukang sayur itu sendiri adalah badannya yang terlalu kurus dan tidak seksi untuk menjadi daya tarik. Seharusnya si pemilik modal mendaftarkan si tukang sayur ini ke celebrity fitness dulu. Tapi ada kemungkinan juga si mbak dan si mbok lebih suka dengan laki-laki kurus seperti ini.
Selain itu, kemungkinan si tukang sayur ingin tampil beda dibandingkan pesaingnya, sehingga akan menarik perhatian calon pembeli untuk datang dan mudah diingat. Usaha ini cukup berhasil karena saya sebagai laki-laki juga menjadi tertarik dan ingat dengan dia, dibandingkan tukang sayur lainnya.
Ngomong-ngomong soal tukang sayur, sekarang ini ternyata jualan sayur bisa dengan berbagai sarana. Mulai dari gerobak dorong, gerobak genjot (gabungan gerobak + sepeda), gerobak motor (gerobak + motor), sampai dengan tukang sayur bermobil. Saya juga pernah lihat di kompleks perumahan lainnya, beberapa tukang sayur gerobak genjot berkumpul di taman, dan pembelinya berdatangan. Hal ini memudahkan pembeli, jika tidak ketemu satu jenis sayur di tukang sayur yang satu, bisa mencarinya di tukang sayur sebelah. Bisa juga mereka saling pinjam meminjam barang dagangan seperti toko onderdil atau toko komputer. Ada juga tukang sayur yang sudah dilengkapi hape untuk delivery order, jadi malam-malam pada saat si ibu dan si mbok merencanakan masakan untuk besok, bisa langsung sms pesan sayur untuk diantar keesokan paginya. Mungkin lebih canggih lagi jika tukang sayur bisa memberikan saran-saran menu apa yang sebaiknya dimasak besok, dengan mempertimbangkan harga-harga bahan yang dibutuhkan, agar sesuai dengan anggaran ibu-ibu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Labels
- kreatif (1)
About Me
- www.rendravisual.blogspot.com
- kreatif atau mati 081931194193 buku tahunan, clothing garment, Advertising rendragarment@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
http://outoforder03.blogspot.com/