Senin, 30 November 2009

Anggapan CEO Muda Kurang Mumpuni Mulai Berubah

sebagai konsultan manajemen perusahaan, A.B. Susanto banyak mengetahui masalah kepemimpinan puncak di perusahaan-perusahaan besar. Maklum, The Jakarta Consulting Group, perusahaan konsultan manajemen yang didirikannya banyak terlibat dalam pencarian eksekutif-eksekutif yang cocok duduk di jabatan perusahaan-perusahaan besar.



Ia melihat meski makin banyak perusahaan yang kini mengangkat seorang Chief Executive Officer (CEO) berusia muda, ada pula perusahaan-perusahaan besar mengangkat CEO baru berusia paro baya. Bagaimana ia kemudian melihat fenomena ini? Kepada Irwansyah dari Warta Ekonomi, Susanto membeberkan analisisnya, pada 14 Agustus 2008 lalu. Petikannya:

Kenapa banyak CEO yang berusia 50 tahun ke atas, tetapi masih aktif?
Tua atau muda menjadi pemimpin itu wajar saja asal masih cukup energinya. Yang tua kenapa masih memimpin biasanya karena lupa melakukan kaderisasi, padahal sesungguhnya dia telah menyadari ia sudah mulai lelah harusnya sudah menjadi mentor, saat melakukan kaderisasi ternyata belum ada orang, kebanyakan alpa, namun ada yang karena merasa kalau ia tidak pegang power lagi kurang nyaman. Jadi biasanya kalau orang tua itu kan sudah mencapai puncaknya, dia sudah meletakkan banyak dasar-dasar prestasinya dia, maka ia merasa bahwa 'saya nggak ngapa-ngapain pun sudah jadi orang dan saya berhasil.' Dia cenderung untuk menjadi safety player, tidak berani mengambil resiko lagi, yang penting menjaga nama jangan sampai di akhir kekuasaannya ada goncangan–goncangan berat. Tetapi ini tidak selalu benar ada beberapa orang yang mengatakan, “saya ini kan dibayar sebagai CEO pada hakekatnya harus membuat keputusan, saya mempunyai peran decisioner” sehingga mereka yang ingat itu akan tidak peduli kalau ada usulan project yang bagus dan dia pelajari sisi feasibility studynya , dan ia sudah tahu dari pandangan sisi manajemen resikonya maka ia akan putuskan. Pastinya banyak gebrakan-gebrakan CEO-CEO diatas 50 tahun itu, biasanya mereka sudah banyak kenalan, ia punya reputasi nama sudah baik, sehingga kalau ia mau membuat bisnis relasinya sudah banyak, pun sudah banyak percaya jadi cenderung mendukung.
Pada masalah integrasi, integrasi dari banyak informasi , integrasi dari banyak pengalaman, integrasi dari keberanian dalam membuat strategic decision yang prinsipnya ada 3 , satu mempunyai dampak, dua kaitannya dengan masa depan artinya tidak mau didikte oleh keadaan, ini kalau orangnya sudah senior ampuh karena dia sudah menjadi seorang yang pola pikirnya strategis, dia bisa melihat masa depan, bisa membuat keputusan yang baik dalam merubah keadaan dan tidak mau didikte oleh keadaan dan ia punya power untuk itu karena punya banyak teman. Ketiga open mind bisa membuat lebih kuat.

Bagaimana dengan CEO muda?
Yang muda lebih berani, sebetulnya saya tidak mempunyai prejudge yang sama sekali mengenai yang muda, karena saya termasuk dalam banyak perusahaan yang menjadi klien yang berani mengangkat CEO pada usia yang muda-muda, karena mereka menyiapkan regenerasi dengan sangat baik. Kalau seorang CEO, ia harus berperilaku sebagai seorang CEO, berani membuat keputusan sebagai seorang CEO, anak-anak muda ini walau muda kalau tidak dipersiapkan tentu juga kurang baik hasilnya. Selain itu biasanya yang muda ini punya kekuatan source-nya tinggi , terutama resource individunya. Contoh, waktu di Hotel Grand Melia, saya ada meeting problematic decision, para owner sudah lelah. Sedangkan yang muda mau pagi sore jalan terus, yang kedua melihatnya secara optimis prospek kedepannya, dan dia masih membuat nama, gebrakan-gebrakan dimana namanya nanti terukir dalam sejarah, entah itu sejarah dunia atau sejarah Indonesia tapi itu pun kalau individunya memang ingin membuat sesuatu yang besar. Kalau yang senior karena sudah jadi orang, mau buat gebrakan atau tidak orang sudah tahu dia kok.

Beda CEO muda dan tua?
Secara umum kalau dilihat sekaligus ya yang muda lebih berani mengambil resiko karena kalaupun gagal masih punya waktu memperbaiki , dia belum berada di puncak jadi tidak kaget. Tapi pernyataan itu menurut saya misleading , bukan salah tapi misleading , karena sebetulnya yang paling menentukan adalah karakter orangnya, pengusaha senior yang usianya 50-60 tahun tetapi dia tetap risk taker , karakteknya dia mau main besar dan dia tahu kalau main besar high risk. Sedangkan ada orang walaupun muda tapi ia safety player . Sebenarnya karakter orang apakah ia risk lower atau risk taker itu memainkan peran yang penting sekali. Saya lihat banyak CEO muda yang cukup matang pola pikirnya walaupun saya tahu dibelakangnya ada orang-orang yang menjadi mentor , dan itu sah-sah saja dan seharusnya memang seperti itu. Kalau yang tua di BUMN barangkali malah banyak ingin digantikan oleh yang muda-muda , karena di BUMN kan agak lain masa kepemimpinan seseorang lebih pendek. Kalau tidak satu periode yang paling panjang dua periode. Biasanya yang muda selalu datang dengan new idea karena ini public company yang mengharapkan orang untuk bisa memberikan yang terbaik. Memang tinggal bagaimana eksekutif mudanya yang memilih apakah ingin masuk ke state owned company atau ke public company. Menjadi menarik karena ide-idenya, dan biasanya mereka yang ditarik atau tertarik dan diterima telah memiliki track record yang cukup bagus. Sekarang dia harus menunjukkan kinerjanya yang bagus dalam situasi bisnis atau lingkungan organisasi yang berbeda. Bisa jadi gampang atau bisa jadi malah lebih sulit.

Bagaimana dengan CEO muda diluar negeri?
Di luar negeri CEO atau kalangan eksekutif muda sangat diperhitungkan oleh mereka yang lebih senior. Karena walaupun usianya relatif muda tapi kebanyakan mereka sudah memiliki wisdom. Saya baru dengar kemarin anaknya Li Kha Sing yang dari Hongkong itu mengatakan “Saya sekarang bos beberapa perusahaan besar. Jadi tugas saya mengenai operation, tugas saya pertama kali adalah membina orang dengan baik,” artinya dia sangat memperhatikan pemilihan SDM pada organisasinya. Dia memperhatikan talent management bisa dilihat bahwa dia sudah mencapai wisdom pada usia yang masih muda. Kenapa? Karena dia punya exposure dari pengalaman orangtuanya, kemudian pengalaman-pengalaman pada perusahaan yang bekerjasama dengannya. Sekarang muncul tren CEO-CEO muda mulai sampai pada maturisasi yang cukup baik. Secara umum, pada orang-orang Asia CEO muda dianggap kurang mumpuni, tapi perlahan anggapan ini mulai berubah. Bahwa dengan persiapan yang baik seseorang bisa menjadi CEO pada usia 35 atau 40 tahun dan ini bukan usia yang terlampau muda. Sehingga masa produktifitasnya sebagai CEO masih panjang, katakanlah jika patokannya 50 tahun berarti ada waktu 15 tahun. Sementara jika CEO dengan usia 50 tahun baru 5 atau 6 tahun menjabat sudah tidak produktif lagi. Kecuali jika anak usia 18 tahun atau 25 orang akan beranggapan baru lulus S1 kok sudah menjadi CEO? Jadi untuk eksekutif muda dia harus membangun sebuah reputasi dulu baik itu di BUMN atau swasta. Jika orang lain tahu bahwa dia punya reputasi dan sudah dipersiapkan untuk proyek-proyek ini maka orang akan mulai percaya walaupun dia muda tapi sudah sepuluh tahun berkarya di bisnis. Kalau dulu saya mengeceknya dengan melihat dia memiliki anak buah seperti apa? Tugas dia seperti apa? Sehingga kita bisa tahu tugas dia seperti apa di organisasi, dia memegang anggaran seberapa besar, keleluasaan dia di perusahaan seperti apa, jadi rekam jejaknya itu seperti apa.

Pesan untuk CEO muda?
Untuk CEO muda agar tidak terpeleset. Kalau saya mendidiknya sederhana yang pertama dia harus punya technical skill, dia harus mengerti tugasnya seperti apa, bisnisnya apa, atau jika di bisnis baru dia juga harus memahami bisnis tersebut. Misalnya pertambangan seperti ini, perkebunan seperti ini. Kemudian dia juga harus memiliki managerial concept, konsepnya harus kuat, maka conceptual skill-nya harus ada. Perencanaan itu seperti ini, decision seperti ini. Dan yang terakhir dia harus punya interpersonal skill, dia bisa berhubungan baik dengan klien, serta penampil

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

http://outoforder03.blogspot.com/

Text widget

Twitter Update

Senin, 30 November 2009

Anggapan CEO Muda Kurang Mumpuni Mulai Berubah

sebagai konsultan manajemen perusahaan, A.B. Susanto banyak mengetahui masalah kepemimpinan puncak di perusahaan-perusahaan besar. Maklum, The Jakarta Consulting Group, perusahaan konsultan manajemen yang didirikannya banyak terlibat dalam pencarian eksekutif-eksekutif yang cocok duduk di jabatan perusahaan-perusahaan besar.



Ia melihat meski makin banyak perusahaan yang kini mengangkat seorang Chief Executive Officer (CEO) berusia muda, ada pula perusahaan-perusahaan besar mengangkat CEO baru berusia paro baya. Bagaimana ia kemudian melihat fenomena ini? Kepada Irwansyah dari Warta Ekonomi, Susanto membeberkan analisisnya, pada 14 Agustus 2008 lalu. Petikannya:

Kenapa banyak CEO yang berusia 50 tahun ke atas, tetapi masih aktif?
Tua atau muda menjadi pemimpin itu wajar saja asal masih cukup energinya. Yang tua kenapa masih memimpin biasanya karena lupa melakukan kaderisasi, padahal sesungguhnya dia telah menyadari ia sudah mulai lelah harusnya sudah menjadi mentor, saat melakukan kaderisasi ternyata belum ada orang, kebanyakan alpa, namun ada yang karena merasa kalau ia tidak pegang power lagi kurang nyaman. Jadi biasanya kalau orang tua itu kan sudah mencapai puncaknya, dia sudah meletakkan banyak dasar-dasar prestasinya dia, maka ia merasa bahwa 'saya nggak ngapa-ngapain pun sudah jadi orang dan saya berhasil.' Dia cenderung untuk menjadi safety player, tidak berani mengambil resiko lagi, yang penting menjaga nama jangan sampai di akhir kekuasaannya ada goncangan–goncangan berat. Tetapi ini tidak selalu benar ada beberapa orang yang mengatakan, “saya ini kan dibayar sebagai CEO pada hakekatnya harus membuat keputusan, saya mempunyai peran decisioner” sehingga mereka yang ingat itu akan tidak peduli kalau ada usulan project yang bagus dan dia pelajari sisi feasibility studynya , dan ia sudah tahu dari pandangan sisi manajemen resikonya maka ia akan putuskan. Pastinya banyak gebrakan-gebrakan CEO-CEO diatas 50 tahun itu, biasanya mereka sudah banyak kenalan, ia punya reputasi nama sudah baik, sehingga kalau ia mau membuat bisnis relasinya sudah banyak, pun sudah banyak percaya jadi cenderung mendukung.
Pada masalah integrasi, integrasi dari banyak informasi , integrasi dari banyak pengalaman, integrasi dari keberanian dalam membuat strategic decision yang prinsipnya ada 3 , satu mempunyai dampak, dua kaitannya dengan masa depan artinya tidak mau didikte oleh keadaan, ini kalau orangnya sudah senior ampuh karena dia sudah menjadi seorang yang pola pikirnya strategis, dia bisa melihat masa depan, bisa membuat keputusan yang baik dalam merubah keadaan dan tidak mau didikte oleh keadaan dan ia punya power untuk itu karena punya banyak teman. Ketiga open mind bisa membuat lebih kuat.

Bagaimana dengan CEO muda?
Yang muda lebih berani, sebetulnya saya tidak mempunyai prejudge yang sama sekali mengenai yang muda, karena saya termasuk dalam banyak perusahaan yang menjadi klien yang berani mengangkat CEO pada usia yang muda-muda, karena mereka menyiapkan regenerasi dengan sangat baik. Kalau seorang CEO, ia harus berperilaku sebagai seorang CEO, berani membuat keputusan sebagai seorang CEO, anak-anak muda ini walau muda kalau tidak dipersiapkan tentu juga kurang baik hasilnya. Selain itu biasanya yang muda ini punya kekuatan source-nya tinggi , terutama resource individunya. Contoh, waktu di Hotel Grand Melia, saya ada meeting problematic decision, para owner sudah lelah. Sedangkan yang muda mau pagi sore jalan terus, yang kedua melihatnya secara optimis prospek kedepannya, dan dia masih membuat nama, gebrakan-gebrakan dimana namanya nanti terukir dalam sejarah, entah itu sejarah dunia atau sejarah Indonesia tapi itu pun kalau individunya memang ingin membuat sesuatu yang besar. Kalau yang senior karena sudah jadi orang, mau buat gebrakan atau tidak orang sudah tahu dia kok.

Beda CEO muda dan tua?
Secara umum kalau dilihat sekaligus ya yang muda lebih berani mengambil resiko karena kalaupun gagal masih punya waktu memperbaiki , dia belum berada di puncak jadi tidak kaget. Tapi pernyataan itu menurut saya misleading , bukan salah tapi misleading , karena sebetulnya yang paling menentukan adalah karakter orangnya, pengusaha senior yang usianya 50-60 tahun tetapi dia tetap risk taker , karakteknya dia mau main besar dan dia tahu kalau main besar high risk. Sedangkan ada orang walaupun muda tapi ia safety player . Sebenarnya karakter orang apakah ia risk lower atau risk taker itu memainkan peran yang penting sekali. Saya lihat banyak CEO muda yang cukup matang pola pikirnya walaupun saya tahu dibelakangnya ada orang-orang yang menjadi mentor , dan itu sah-sah saja dan seharusnya memang seperti itu. Kalau yang tua di BUMN barangkali malah banyak ingin digantikan oleh yang muda-muda , karena di BUMN kan agak lain masa kepemimpinan seseorang lebih pendek. Kalau tidak satu periode yang paling panjang dua periode. Biasanya yang muda selalu datang dengan new idea karena ini public company yang mengharapkan orang untuk bisa memberikan yang terbaik. Memang tinggal bagaimana eksekutif mudanya yang memilih apakah ingin masuk ke state owned company atau ke public company. Menjadi menarik karena ide-idenya, dan biasanya mereka yang ditarik atau tertarik dan diterima telah memiliki track record yang cukup bagus. Sekarang dia harus menunjukkan kinerjanya yang bagus dalam situasi bisnis atau lingkungan organisasi yang berbeda. Bisa jadi gampang atau bisa jadi malah lebih sulit.

Bagaimana dengan CEO muda diluar negeri?
Di luar negeri CEO atau kalangan eksekutif muda sangat diperhitungkan oleh mereka yang lebih senior. Karena walaupun usianya relatif muda tapi kebanyakan mereka sudah memiliki wisdom. Saya baru dengar kemarin anaknya Li Kha Sing yang dari Hongkong itu mengatakan “Saya sekarang bos beberapa perusahaan besar. Jadi tugas saya mengenai operation, tugas saya pertama kali adalah membina orang dengan baik,” artinya dia sangat memperhatikan pemilihan SDM pada organisasinya. Dia memperhatikan talent management bisa dilihat bahwa dia sudah mencapai wisdom pada usia yang masih muda. Kenapa? Karena dia punya exposure dari pengalaman orangtuanya, kemudian pengalaman-pengalaman pada perusahaan yang bekerjasama dengannya. Sekarang muncul tren CEO-CEO muda mulai sampai pada maturisasi yang cukup baik. Secara umum, pada orang-orang Asia CEO muda dianggap kurang mumpuni, tapi perlahan anggapan ini mulai berubah. Bahwa dengan persiapan yang baik seseorang bisa menjadi CEO pada usia 35 atau 40 tahun dan ini bukan usia yang terlampau muda. Sehingga masa produktifitasnya sebagai CEO masih panjang, katakanlah jika patokannya 50 tahun berarti ada waktu 15 tahun. Sementara jika CEO dengan usia 50 tahun baru 5 atau 6 tahun menjabat sudah tidak produktif lagi. Kecuali jika anak usia 18 tahun atau 25 orang akan beranggapan baru lulus S1 kok sudah menjadi CEO? Jadi untuk eksekutif muda dia harus membangun sebuah reputasi dulu baik itu di BUMN atau swasta. Jika orang lain tahu bahwa dia punya reputasi dan sudah dipersiapkan untuk proyek-proyek ini maka orang akan mulai percaya walaupun dia muda tapi sudah sepuluh tahun berkarya di bisnis. Kalau dulu saya mengeceknya dengan melihat dia memiliki anak buah seperti apa? Tugas dia seperti apa? Sehingga kita bisa tahu tugas dia seperti apa di organisasi, dia memegang anggaran seberapa besar, keleluasaan dia di perusahaan seperti apa, jadi rekam jejaknya itu seperti apa.

Pesan untuk CEO muda?
Untuk CEO muda agar tidak terpeleset. Kalau saya mendidiknya sederhana yang pertama dia harus punya technical skill, dia harus mengerti tugasnya seperti apa, bisnisnya apa, atau jika di bisnis baru dia juga harus memahami bisnis tersebut. Misalnya pertambangan seperti ini, perkebunan seperti ini. Kemudian dia juga harus memiliki managerial concept, konsepnya harus kuat, maka conceptual skill-nya harus ada. Perencanaan itu seperti ini, decision seperti ini. Dan yang terakhir dia harus punya interpersonal skill, dia bisa berhubungan baik dengan klien, serta penampil

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

http://outoforder03.blogspot.com/

Labels

About Me

Foto saya
kreatif atau mati 081931194193 buku tahunan, clothing garment, Advertising rendragarment@gmail.com

Followers